KAJIAN SOSIAL BUDAYA KECAMATAN BENDUNGAN DAN WATULIMO

Suasana Rapat Laporan Antara Kajian Sosial Budaya di Kecamatan Bendungan dan Watulimo yang Dipimpin Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan, Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan

Selasa (16/07/10), Bappedalitbang dengan Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyelenggarakan rapat terkait dua kecamatan di Kabupaten Trenggalek yaitu Kecamatan Bendungan dan Kecamatan Watulimo. Rapat ini merupakan rapat ketiga yang membahas laporan antara Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal di Kecamatan Bendungan, dan Kajian Sosial Budaya Masyarakat Pesisir dalam Mendukung Program Pembangunan di Kecamatan Watulimo.

“Riset ini masih ± 50%, dan masih sangat mungkin ada perubahan, jadi ini masih proses-proses uji coba analisis dan tafsir, sehingga diskusi ini penting untuk mendapatkan ekspektasi kita semua”, tutur Dr. Aprinus Salam, M.Hum selaku Kepala Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada. Rapat juga sebagai FGD untuk mendapatkan informasi dari OPD terkait dan dua kecamatan, dimana bisa dipergunakan peneliti sebagai tambahan informasi untuk di cek kenyataannya di lapangan.

Tentunya riset ini sasarannya tidak hanya masyarakat Kecamatan Bendungan dan Watulimo saja, tetapi Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan, yang mana posisi pemangku kepentingan ini nanti memediasi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat sendiri. Pada sesi pertama dengan fokus bahasan Kecamatan Bendungan, dijelaskan bahwa dari data yang terkumpul akan menjawab enam dimensi yang mengindikasikan kesiapan komunitas atau masyarakat terhadap program pemerintah yaitu upaya komunitas, pengetahuan komunitas terhadap upaya, kepemimpinan, kondisi masyarakat, pengetahuan komunitas terhadap permasalahan, dan sumberdaya terkait isu. Pada sesi kedua dengan bahasan Kecamatan Watulimo, akan mencari tahu penyebab resistensi dengan melihat ketujuh alasan resistensi terhadap perubahan menurut Sonnenberg (1994) diantaranya kecenderungan menunda perubahan, kurangnya motivasi, takut terhadap kegagalan, takut terhadap yang tidak diketahui, takut kehilangan, tidak menyukai pembawa perubahan, dan kurangnya komunikasi.

Manfaat dari pemaparan laporan antara ini menurut Sudarsono, SE, M.Si selaku Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan, Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan ”meskipun proses penelitian ini masih terus berlanjut, paling tidak dari proses ini kita mendapatkan informasi, dan wacana untuk mengambil keputusan”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.