TRENGGALEK – Rabu (10/07/2019) Dalam rangka pengembangan desa wisata di Kabupaten Trenggalek, Bappedalitbang bekerja sama dengan konsultan untuk membuat Scenario Planning Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Trenggalek. Pembahasan secara Focus Group Discussion (FGD) dilakukan sebanyak 3 kali, pertama pada tanggal 2 Mei 2019 membahas draf laporan pendahuluan, kedua pada tanggal 20 Juni 2019 membahas draf laporan antara, dan ketiga pada tanggal 10 Juli 2019 dengan bahasan draft laporan akhir.
Pendekatan scenario planning diharapkan mampu menjadi tools yang tepat untuk menghadapi ketidakpastian di masa mendatang dalam pengembangan desa wisata di Kabupaten Trenggalek. Scenario planning merupakan instrumen yang efektif untuk mengamati berbagai kemungkinan atau kondisi (Alexander and Serfass, 1998). Scenario planning juga merupakan bagian dari perencanaan strategi yang berhubungan dengan tools dan teknologi untuk memanajemen ketidakpastian di masa mendatang (Ringland, 1998), baik perencanaan jangka menengah dan jangka panjang (Lindgren and Bandhold (2009).
Dasar pemikiran dari scenario planning yaitu: “Lebih baik mendapatkan gambaran masa depan yang tidak jelas daripada mendapatkan gambaran masa depan yang salah.” Bahkan, Scenario planning juga memikirkan langkah-langkah strategis pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi di masa mendatang.
Di Kabupaten Trenggalek, terdapat 88 desa yang bisa dikembangkan sebagai desa wisata. Dari 88 desa tersebut diklasifikasikan menjadi 6, yaitu desa wisata berpotensi tinggi dengan tingkat perkembangan sangat berkembang sejumlah 3 desa, berpotensi sedang dengan tingkat perkembangan sangat berkembang sejumlah 4 desa, berpotensi sedang dengan tingkat perkembangan berkembang sejumlah 16 desa, berpotensi cukup dengan tingkat perkembangan sangat berkembang sejumlah 1 desa, berpotensi cukup dengan tingkat perkembangan berkembang sejumlah 18 desa, dan berpotensi cukup dengan tingkat perkembangan inisiasi/rintisan sejumlah 46 desa. Klasifikasi tersebut memiliki strategi masing-masing dari setiap skenario ketidakpastian kondisi masa depan, sehingga akan diperoleh jawaban atas cara pengembangan desa wisata yang tepat dan efektif.
FGD hari ini juga mengakomodir berbagai masukan dari OPD terkait, diantaranya fasilitasi desa dalam mekanisme pemanfaatan kawasan hutan Perhutani, dan penambahan variabel penentu yaitu dampak lingkungan.